Friday, February 18, 2011

Menjadi Ibnul Jauzi, Sebulan Saja


Sering saya terfikir ingin menjadi Ibnul Jauzi, sebulan saja. Menjadi sosok yang produktif, terus belajar, selalu membaca, dan senantiasa menulis. Untuk mengikuti seluruh kehidupannya mungkin agak sulit. Paling tidak saya pilih satu saja dari banyak kebiasaan mulia beliau untuk saya ikuti dan rutinkan setiap hari.

Setiap melihat buku beliau "Shaidul Khatir" (tangkapan perasaan) atau membaca kutikan yang diambil dari buku itu, saya jadi ingin sekali menulis,membuat catatan harian sebagaimana dulu Ibnul Jauzi menulis setiap hari. Jadilah buku Shaidul Khatir yang sangat menggugah itu. Beliau sendiri di awal kitabnya menuliskan perasaan menyesalnya karena ada lintasan perasaannya yang tidak tertangkap. Jadilah ide cerdas yang tidak datang setiap waktu itu menguap dan akhirnya hilang.


Ide itu datang seiring dengan peristiwa yang datang silih berganti. Sama sekali tak mengenal waktu. Kadang datang serta merta menyerbu, kadang begitu kering seperti butiran air di padang pasir. Saat ide bagai durian runtuh, bila tidak ditangkap ia hilang begitu saja. Hilang sama sekali dan tak pernah kembali lagi.

Sebenarnya saya perlu meluangkan waktu, 5 menit saja, atau paling lama 15 menit, untuk menuangkan apa yang saya rasakan. Pokoknya tuangkan saja, ngedit itu nanti. Kalau perlu pakai stopwatch agar pikiran dan jari jemari dapat bergerak lebih gesit dan cepat. Asal fokus sana dan terus menulis hingga di akhir waktu.

Kalau Ibnul Jauzi dulu untuk catatan-catatan hariannya yang terpisah-pisah setiap judul dan harus menunggu beberapa waktu untuk bisa membukukannya. Sementara saat saat ini bisa langsung berkarya. Saya hanya cukup menulis saja, menjentikkan jari pada tuts keabord, membentuk rangkaian huruf bermakna kemudian mempublikasikannya tanpa perlu menunggu nanti.

Segala kemungkinan itu saya punyai. Yang tidak saya punyai adalah kemauan yang kuat. Ditambah dengan ilmu yang akan dituangkan masih teramat sedikit. Namun itu bukan alasan untuk tidak melakukannya sama sekali. Saya memang tidak bisa melakukan segala sesuatu, tapi saya masih mungkin melakukan sesuatu. Saya tidak menolak apa yang saya bisa lakukan.

Mulai sejak saat ini dan mulai dari hal yang kecil adalah kunci dari hal-hal besar. Tuliskan apa saja di sini, lemaskan otot kepenulisan, lincahkan gerak jari-jari, gesitkan langkah pikiran, tajamkan naluri, dan kreatifkan jiwa. Satu tulisan setiap. Satu persembahan untuk dunia.

Untuk saat ini saya sangatlah sulit mengikuti Ibnu Jarir yang bisa menulis 40 halaman setiap hari. Paling tidak saya mengikuti Ibnul Jauzi yang selalu membuat catatan harian dan akhirnya memberi manfaat kepada umat manusia. Satu halaman saja, itu sudah cukup. Paling tidak untuk hari ini.

0 comments:

Post a Comment

Menjemput Harapan is wearing Blue Weed by Blog Oh! Blog | To Blogger by Gre at Template-Godown